Contoh Mad Jaiz Munfasil

Posted on

Mad Jaiz Munfashil

Secara bahasa,

Mad Jaiz Munfashil terdiri dari 3 kata yakni Mad, Jaiz, dan Munfashil. Mad artinya panjang, Jaiz artinya boleh, dan Munfashil artinya terpisah. Selain dikenal dengan nama Mad Jaiz Munfashil, juga disebut secara ringkas dengan sebutan Mad Munfashil saja.

Secara istilah ilmu Tajwid,

Mad Jaiz Munfashil adalah apabila ada mad bertemu hamzah di lain kata. Dinamakan Munfashil (terpisah) karena sebabnya (mad bertemu hamzah) tidak langsung bertemu dalam satu kata.

Bagaimana cara membaca hukum Mad Jaiz Munfashil?

Cara membaca hukum bacaan Mad Jaiz Munfashil adalah dengan memanjangkan sebagaimana panjang bacaan Mad Wajib Muttashil yakni sekitar 2 atau 2,5 alif (4 atau 5 harakat).

Contoh hukum bacaan Mad Jaiz Munfashil juga banyak ditemukan di dalam al-Quran. Beberapa diantaranya sebagai berikut :

Mad Jaiz Munfashil di dalam QS Al-Baqarah ayat 4 :

Mad Jaiz Munfashil di dalam QS Al-Baqarah ayat 7 :

Apakah boleh membaca Mad Jaiz Munfashil dengan tidak dipanjangkan (maksudnya tetap dibaca 1 alif atau 2 harakat)?
Boleh memendekkan bacaan Mad Jaiz Munfashil dengan panjang 1 alif menurut riwayat Hafsh. Namun, itu bukanlah Thariq Syathibi yang biasa digunakan.

Thariq Syathibi menggunakan panjang 2 atau 2,5 alif (4 atau 5 harakat) untuk hukum bacaan Mad Jaiz Munfashil. Sedangkan Mad Jaiz Munfashil yang menggunakan panjang 1 alif (2 harakat) adalah thariq Thayyibah Nasyr.

Tidak diperkenankan membaca Mad Jaiz Munfashil dengan menggunakan panjang 1 alif sebelum ber-talaqqi terhadap bacaan Thariq yang dipilihnya. Karena setiap thariq memiliki beberapa hukum yang berbeda dan kadang berkaitan satu sama lain.

Hendaknya, seorang yang mempelajari cara membaca al-Quran mengetahui dan menguasai thariq pilihan nya. Baru kemudian bisa mempelajari thariq-thariq lainnya. Tentunya, dengan cara talaqqi dan berhadapan langsung dengan guru al-Quran.

Mengapa terdapat tambahan kata “Jaiz” di hukum bacaan Mad Jaiz Munfashil?

Jaiz artinya boleh. Dinamakan Jaiz karena ulama Qiraat berbeda dalam memanjangkan Mad Jaiz Munfashil atau tidak memanjangkannya.

Mengapa dihukumi Mad Jaiz Munfashil padahal tulisannya bersambung atau tidak terpisah? Disebut Munfashil karena sebab nya terpisah atau tidak berada dalam satu kata. Jika dilihat dari tulisan bersambung atau tidak. Maka bisa dikategorikan menjadi 2 bagian :

1. Mad Jaiz Munfashil Haqiqi

Adalah Mad Jaiz Munfashil yang huruf mad nya nampak baik secara Rasm maupun bacaannya. Yang dimaksud dengan huruf Mad terlihat adalah nampaknya salah satu huruf Mad (alif, wawu, dan ya), sehingga tulisan Mad Jaiz Munfashil terlihat terpisah. Berikut contohnya :

2. Mad Jaiz Munfashil Hukmi

Adalah Mad Jaiz Munfashil yang huruf mad nya hanya nampak dalam bacaan namun secara Rasm tidak tertulis. Maksudnya salah satu huruf Mad (alif, wawu, dan ya) tidak ada namun tetap dibaca panjang dengan bantuan tanda baca (dhabt), sehingga Mad Jaiz Munfashil terlihat bersambung. Contohnya :

Dalam pembagian mad far’i ada yang dinamakan dengan mad jaiz munfashil. Mad jaiz munfashil berbeda dengan mad wajib muttashil. Letak perbedaannya adalah pada keberadaan hamzah setelah mad. Apabila mad wajib berada pada satu kata sedangkan mad jaiz terdapat pada dua kata.

Contoh mad jaiz munfashil:

كَلَّا إِذَا – إِنِّيْ أَخَافُ – تُوْبُوْا إِلَى اللهِ

Bila diperhatikan lebih seksama ternyata hamzah pada mad jaiz munfashil berbentuk seperti alif. Perlu diingat bahwa tanda alis atau coret panjang bukanlah merupakan bagian dari tanda mad jaiz munfashil.

Jadi walaupun tidak ada tanda alis maka jika ada mad bertemu hamzah pada dua kata haruslah dibaca panjang. Terus untuk apa tanda alis tersebut? Tanda tersebut untuk memudahkan para pembaca khususnya yang belum menguasai teori ilmu tajwid.

Contoh mad jaiz munfashil:

لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ

وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ
كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ

الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآَمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ

Contoh Mad Jaiz Munfasil Dalam Al Quran

Secara etimologi, mad berarti panjang, jaiz artinya boleh, dan Munfasil adalah terpisah atau di luar kata.

Dikutip dari Buku Al Qur’an dan Hadis Madrasah Tsanawiyah terbitan Kemenag, secara istilah, pengertian Mad Jaiz Munfasil adalah apabila ada mad thabi‟i yang bertempat di akhir kata setelah itu terdapat hamzah yang bertempat di kata yang lain setelahnya dan tidak ada yang memisahkan antara mad dan hamzah tersebut.

Sedangkan kadar panjang bacaan mad jaiz munfashil itu sama dengan mad wajib muttashil, dipanjangkan menjadi dua setengah (2 ½) alif atau sama dengan empat sampai lima harakat (ketukan).

Disebut jaiz karena ulama qurra’ berbeda pendapat terkait kadar panjang bacaan mad jaiz munfashil. Sebagian ulama qurra’ menyebut sama dengan mad thabi’i, dua harakat atau satu alif.

Contoh mad Jaiz Munfasil:

1. Surat Al Kautsar ayat 1

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ

Innaa a’thaiynaakal Kautsar

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. (QS. Al Kautsar: 1).

2. Surat Al Insyiqaq ayat 16

فَلَا أُقْسِمُ بِالشَّفَقِ

Maka sesungguhnya Aku bersumpah dengan cahaya merah di waktu senja,

3. Surat Al Infithar ayat 15

فَلَا أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ

Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang,

4. Surat Al Qadar ayat 1

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.

Rate this post
Hanya Manusia Biasa Yang Selalu Memperbaiki Hati dan Diri